Ketika akan mengambil suatu
barang yang berjarak dua langkah di depan kita, adakalanya kita berputar-putar seribu
langkah terlebih dahulu untuk bisa mengambilnya, dikarenakan ketidaktahuan. Dalam
kehidupan sehari-hari banyak terjadi fenomena seperti ini. Tetapi bukan tentang
bermacam contoh yang akan saya tulis, melainkan sedikit pengertian saya yang mungkin
bisa diambil sebagai pelajaran:
1. Pelaku
adalah orang yang tidak tahu dan dia mengerti bahwa dia tidak tahu.
Dibutuhkan
kesabaran ekstra untuk mengatasi persoalan seperti ini. Memang, mungkin agak
susah membedakan apakah suatu pekerjaan bisa diselesaikan atau memang tidak ada
penyelesaian atasnya. Ini disebabkan karena kita tidak tahu. Maka disinilah
ucapan Steve Jobs terbukti kegunaannya; stay foolish, stay hungry agar
lama-lama kita menjadi terbiasa terhadap berbagai macam persoalan. Selain
ucapan tersebut merupakan peringatan eksplisit untuk maju, juga secara inplisit
mengingatkan jangan sekali-kali meremehkan apapun. Hal terkecil sekalipun. Sebab
meremehkan akan membuat pelakunya lengah atau yang paling parah mengakibatkan
kesombongan.
2. Tak
ada yang sia-sia
Kegigihan adalah
usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Banyak bukti menunjukkan bahwa
kegigihan tidak akan berakhir sia-sia, setidaknya sebagian besar kegigihan
memang membuahkan hasil yang memuaskan.
Disamping
penyelesaian masalah, solusi yang diperoleh secara gigih akan memberikan
kepuasan tersendiri kepada pelakunya. Sebagaimana kita tau, rasa puas yang
didapat dengan kerja keras jauh lebih tinggi nilainya daripada kepuasan karena
warisan.
3. Kembali
kepada Tuhan
Sebagai makhluk
beragama kita akan bersyukur tatkala telah berhasil menyelesaikan persoalan,
dan menyadari sepenuhnya bahwa pada akhirnya semua memang kembali kepada kebaikan
Tuhan. Sekuat apapun berusaha, tetaplah hasil akhirnya Tuhan yang menentukan.
Dan berbicara
mengenai hasil, dulu saya pernah tidak sejalan dengan seorang kawan mengenai
lebih penting mana hasil dan proses. Waktu itu saya menyebut proses. Dalam pandangan
saya, dalam kehidupan praktis mungkin hasil memang menyenangkan tapi tidak
dalam kerangka yang lebih filosofis. Sebagai contoh, betapa menyenangkannya
ikut ujian tanpa belajar sungguh-sungguh dan mendapat nilai bagus karena
kebetulan. Tapi perlu diingat, hidup tidaklah hanya tentang ikut ujian dan
mendapat nilai. Banyak hal-hal di depan yang membutuhkan proses-proses yang
benar sejak sekarang. Proses yang benar dan baik menggambarkan pelakunya
mengerti apa yang dilakukan, ini artinya dia memiliki pengetahuan yang memang
semua orang inginkan.
Dalam kehidupan
religius, kita semua menginginkan surga. Kita bahkan berharap ber’hasil’
mencapainya meskipun amal baik yang merupakan kendaraan menuju ke sana dalam
keadaan rusak. Dalih yang biasa dipakai, surga dan neraka semata-mata karena
ridho Tuhan bukan ditentukan amal perbuatan.
Kalau semua
dikembalikan kepada kehendak Tuhan, maka dimana itu keteraturan, dimana sebab
akibat, dan dimana pentingnya proses. Bukankah dalam kitab suci proses itu
diwajibkan dalam segala hal. Seandainya Tuhan tidak menyuruh manusia berproses
maka sudah pasti tak ada kehidupan.
‘Kebetulan’,
sering diasosiasikan dengan keberuntungan. Dan ada ungkapan, orang yang pintar
kalah dengan orang beruntung.
Saya sebenarnya
orang yang suka keberuntungan. Bagi saya keberuntungan adalah pemberian dari
yang Maha Kuasa yang datang tiba-tiba. Tapi apakah benar keberuntungan itu
memang ada? Atau jangan-jangan keberuntungan itu hanyalah permainan kata bagi
orang yang tidak mengetahui proses yang dilakukannya? Atau dengan kata lain,
keberuntungan adalah kebodohan yang tidak diketahui pemiliknya.
Contohnya
tentang hasil ujian. Mengapa tau-tau kita mendapat nilai bagus padahan
sejatinya kalau jujur kita tidak pantas mendapat nilai itu. Secara spontan kita
mengatakan itu adalah keberuntungan. Padahal sudah sangat jelas keberuntungan
di sini adalah kebodohan yang tidak sejalan dengan sebab akibat.
Dalam contoh lain,
ada ungkapan seperti mendapat durian runtuh. Ungkapan untuk menunjukkan
keberuntungan besar. Saya tidak tau contoh yang lebih spesifik dalam hal ini.
Namun bisa dipastikan analisis yang cermat akan menunjukkan sesungguhnya
keberuntungan itu hanyalah hasil baik yang tidak diketahui bagaimana proses
sebenarnya.
Tidak dapat dipungkiri ini
tentang judul, masalah sudut pandang. Apakah akan memilih praktis atau
filosofis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar